Minggu, 18 November 2012

Alasan Perusahaan Korea Pilih Sabang untuk Pabrik Panel Surya


BANDA ACEH – Perusahaan asal Korea Selatan Mirae Enery Co. Ltd menyatakan segera mendirikan pabrik panel surya (sola cell) di Sabang dengan total investasi $12,5 juta. Mengapa mereka memilih Sabang?
Direktur Pengembangan Usaha dan Investasi Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS), Agus Salim mengatakan, Sabang dipilih lantaran statusnya sebagai kawasan duty free (bebas pajak).

“Jadi kalau mereka mendirikan pabrik, dan mengirimkan bahan baku ke Sabang, itu tidak dikenakan pajak. Akan berbeda kalau mereka mendirikan pabrik di daratan seperti di Banda Aceh. Kemudahan ini salah satu faktor mengapa mereka memilih Sabang,” kata Agus Salam kepada ATJEHPOSTcom, Senin, 29 Oktober 2012.

Selain status Sabang sebagai kawasan bebas pajak, kata Agus, pihak perusahaan melihat pasokan listrik di Aceh masih belum memenuhi kebutuhan. “Itu nyambung dengan program mereka untuk mengembangkan energy terbarukan,” kata Agus Salim.

Pabrik panel surya ini ditargetkan mulai berproduksi pada Februari 2013. Pihak BPKS dan Mirae Energy membentuk perusahaan joint venture bernama PT Sabang Mirae Energy untuk menjalankan pabrik tersebut. Perusahaan baru ini dimiliki Mirae Energy dan BPKS Sabang. Mirae Energy memperoleh 51 persen saham, sedangkan sisanya milik BPKS Sabang.

Panel tenaga surya yang akan diproduksi perusahaan patungan ini berfungsi untuk mengubah sinar matahari (tenaga surya) menjadi listrik. Di sejumlah negara, panel surya ini mulai digunakan sebagai sumber listrik alternatif.[]

http://atjehpost.com/read/2012/10/29/25814/7/7/Alasan-Perusahaan-Korea-Pilih-Sabang-untuk-Pabrik-Panel-Surya

Jumat, 16 November 2012

Sumur Tiga, Pantai dengan Sunrise Terbaik di Sabang


PANTAI Sumur Tiga adalah pantai berpasir putih nan menawan di Sabang, Aceh. Tidak hanya cantik panoramanya, pantai ini juga jadi tempat paling asyik untuk menikmati matahari terbit di ujung barat Indonesia.

Pantai Sumur Tiga adalah pantai berpasir putih dan bertekstur lembut dengan garis pantai yang sangat panjang. Mungkin ini pantai dengan garis pantai yang paling panjang yang ada di Kota Sabang. Saat pasang, ombak di pantai ini pun cukup besar dan akan tenang ketika surut di sore hari.

Oleh karena itu, saat sore hari pantai ini menjadi tempat paling asyik untuk snorkeling. Anda tidak perlu menggunakan perahu untuk snorkeling di sini, cukup berbekal snorkeling gear yang bisa Anda sewa di penginapan lalu berenang menyusuri pantai.

Oh, ya, pantai ini kami sebut sebagai “Hawaii-nya Sabang” bukan karena ombaknya yang besar dan bisa Anda gunakan untuk surfing, lho. Tetapi karena pemandangan yang Anda dapat ketika mengunjunginya, seperti Pantai Hawaii yang biasa kami lihat di televisi. 

Di pantai ini juga terdapat sebuah restoran bernama Restoran Pantai Sumur Tiga, restoran ini menjadi satu bagian dengan penginapan Santai Sumur Tiga. Namun letak restoran ini berada di bawah penginapan. Pemandangan yang tersaji jika anda duduk di restoran ini sambil menikmati segelas minuman dingin atau makan Mie Kuah Seafood. Kami yakin suasana ini akan membuat Anda betah berlama-lama di sini.

Pantai Sumur Tiga menghadap ke arah timur. Oleh karena itu, di sini Anda bisa melihat sunrise yang cantik. Selain itu, didukung dengan putihnya pasir pantai serta laut yang berwarna biru kehijauan, keindahan alam Pantai Sumur Tiga semakin sempurna.

Mau coba pengalaman yang berbeda saat melihat sunrise di ujung barat Indonesia? Cobalah menikmati saat-saat matahari terbit ini dengan berbaring di pinggir Pantai Sumur Tiga, luar biasa! |

 

Asyiknya Menikmati Pesona Kota Tua Sabang


JIKA ada tempat wisata yang bisa membuat orang yang pernah datang ke sana ingin kembali lagi ke tempat itu, maka itu adalah Pulau Weh. Rasanya tak berlebihan menyebutnya demikian karena begitulah yang saya rasakan.

Akhir Maret 2012 lalu saya memiliki kesempatan berkunjung ke pulau terluar di ujung barat Indonesia itu. Setelahnya saya sangat bersyukur karena bisa menikmati pesona Pulau Weh yang sangat indah. Meskipun belum semua objek wisatanya sempat saya kunjungi.

Rasa penasaran soal pulau itu mulai saya rasakan sejak mengantri untuk membeli tiket di Pelabuhan Ulee Lheu Banda Aceh. Apalagi dari Ulee Lheu, Pulau Weh sudah terlihat, yaitu berupa gundukan yang menyembul di atas permukaan air laut. Gundukan pulau ini bisa kita lihat dengan mudah karena jarak antara Banda Aceh dan Sabang hanya terpaut sekitar 16 mil atau 30 km. Pemandangan ini hanya bisa kita saksikan jika cuaca sedang cerah. Karena pada saat mendung atau hujan gundukan pulau tersebut akan tertutup kabut.

Ketika kapal cepat yang saya tumpangi bergerak, rasa penasaran itu semakin menjadi-jadi. Rasa penasaran itu perlahan mereda setelah sekitar satu jam kemudian kapal merapat di Pelabuhan Balohan, Sabang. Ini jika kita naik kapal cepat, jika naik kapal lambat waktu tempuhnya bisa sekitar dua jam.

Petualangan menikmati pulau ini disambut dengan kesibukan di sekitar pelabuhan. Namun kesibukan ini bukanlah “wajah” asli Kota Sabang. Suasana Kota Sabang yang sebenarnya baru saya rasakan ketika minibus jenis L-300 yang saya tumpangi pelan-pelan melaju menuju Kota Atas, pusat Kota Sabang. Sepanjang jalan yang dilalui yang terekam hanya suasana lengang, kendaraan umum hanya lewat satu-satu.
Selama ini pulau Weh memang terkenal dengan eksotisme pantainya yang indah. Bahkan pesona baharinya itu sudah terkenal hingga ke luar negeri, dan membuat banyak turis manca negara berkunjung ke sana. Itu memang benar, tapi selain keindahan pantainya, suasana Kota Sabang juga sangat asyik untuk dinikmati.

Wajah asli Kota Sabang adalah ketenangan, jauh dari hiruk pikuk dan bising laju kendaraan. Bahkan oleh lalu lalang manusia. Kesan ini terasa sangat kental saat saya menyusuri beberapa ruas jalan utama di pusat Kota Sabang. Bahkan pada jam-jam produktif sekalipun, seperti pada saat tengah hari yang biasanya merupakan jam-jam sibuk dan padat lalu lintas.

Pada siang hari umumnya toko-toko di Sabang juga tutup, tak terkecuali rumah makan. Jika pun ada yang buka hanya satu-satu. Suasana ini pula yang membuat kita seolah-olah terlempar ke masa lalu. Dan saya yakin, salah satu hal yang akan melekat di ingatan orang yang pernah datang ke sana adalah suasana itu. Tak heran jika Sabang sering diplesetkan menjadi Santai Banget.

Suasana inilah yang membuat Sabang menjadi berbeda dengan kota lainnya di Aceh, pelancong yang datang ke sana benar-benar bisa refreshing tanpa perlu merasa terganggu dengan hiruk pikuk dan polusi udara. Ya, udara di Sabang menurut saya cukup bersih. Apalagi didukung dengan tampilan Sabang yang menurut saya benar-benar tempoe doeloe sekali. Di mana masih terdapat banyak pohon-pohon tua yang telah berusia ratusan tahun di beberapa ruas jalan utamanya, seperti di Jalan Diponegoro dan Jalan Tgk Chik Ditiro.

Masih di sekitar Jalan Diponegoro, tak jauh dari depan kantor Wali Kota Sabang terdapat sebuah bunker Jepang dengan kedalaman hampir dua meter. Bunker tersebut sudah dipugar jadi pelancong bisa dengan mudah masuk ke sana. Karena di dalamnya gelap sebaiknya saat masuk membawa senter kecil atau memanfaatkan penerangan dari handphone.

Di Pulau Weh, bunker Jepang ada banyak sekali, seperti di kawasan pantai Sumur Tiga, dan yang paling terkenal di daerah Benteng yang berada di sebelah Timur pulau Weh. Bunker-bunker itu umumnya menghadap ke laut, wajar mengingat dulunya bunker itu berfungsi sebagai benteng pertahanan.

Di Jalan Diponegoro juga ada sebuah tugu, Tugu Sabang namanya. Di tugu ini terdapat keterangan titik koordinat Kota Sabang. Menariknya, saat kita berdiri di area tugu ini begitu kita menjulurkan pandangan ke depan, yang terlihat adalah pemandangan teluk Sabang dengan air lautnya yang biru.  Dari tempat ini view-nya sangat indah, apalagi tak jauh dari situ juga banyak pohon cemara. Dari kejauhan kita juga bisa menyaksikan pelabuhan BPKS, di waktu-waktu tertentu di pelabuhan ini sering merapat kapal pesiar yang membawa turis untuk berpelesir ke Pulau Weh.

Selain itu bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda juga masih banyak ditemui di Sabang, kantor Wali Kota salah satunya, lalu ada RSU Sabang, Hotel Samudera, SD N 6 Sabang dan Gedung Kesenian Sabang. Gedung Kesenian ini berada di Jalan Teuku Umar, dulunya adalah gedung bioskop dan selama lima tahun terakhir dialihfungsikan jadi Gedung Kesenian. Saat melihat gedung-gedung tua itu membuat ingatan kita melayang pada serdadu-serdadu belanda dengan kumisnya yang melengkung.

Suasana tempoe doeloe itu jauh lebih terasa saat kita ke kawasan Merbabu. Kawasan Merbabu terkenal dengan kerkhof-nya, uniknya di sini bukan hanya ada kuburan Belanda saja, tetapi juga ada kuburan Jepang, Cina, dan kuburan muslim. Khusus kuburan Belanda, dikelilingi oleh pepohonan besar yang usianya sudah ratusan tahun. Saat langit sedang cerah, bila kita memandang ke atas maka cahaya matahari akan menerobos dari celah-celah daun.

Sebagai penutup adalah menikmati wisata kuliner di Pusat Jajanan Selera Rakyat atau Pujasera. Tempat ini baru dibuka pada malam hari. Di sini kita bisa menemui aneka kuliner dengan harga yang terjangkau. Jika mau yang lebih spesifik maka pilihannya adalah sate gurita. Menikmati sajian kuliner di bawah taburan bintang dan sepoi angin pulau adalah pengalaman yang tak terlupakan.[]

Sumber :

http://www.atjehpost.com/m/welcome/read/2012/10/24/25164/0/19/Asyiknya-Menikmati-Pesona-Kota-Tua-Sabang

Rabu, 14 November 2012

Percepat Realisasi Kawasan Ekonomi Sabang, Persada Gelar Seminar Aceh-Jepang


SABANG -  Untuk mempercepat Pengembangan Kawasan Sabang, Walikota Sabang Zulkifli H Adam selaku Anggota Dewan Kawasan Sabang (DKS) bekerjasama dengan Pemerintah Aceh, Perhimpunan Alumni Jepang (Persada Aceh) dan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS Sabang) akan melaksanakan seminar Ekonomi Aceh - Jepang pada tanggal 19 – 20 November 2012 di Gapang Resort, Sabang.

Tema yang akan diambil dalam seminar tersebut adalah ”Mewujudkan Potensi Kawasan Sabang Sebagai Lokomotif Ekonomi Aceh dan Indonesia Bagian Barat sesuai Undang-undang No. 37 tahun 2000 dan Undang-undang No. 11 tahun 2006”.

Acara ini rencana akan dihadiri dan dibuka langsung oleh Gubernur Aceh dr. Zaini Abdullah selaku Ketua Dewan Kawasan Sabang (DKS) dan dihadiri Bupati/Walikota se-Aceh, akademisi, pengusaha Aceh dan pengusaha nasional dan masyarakat pelaku ekonomi Internasional lainnya.

Selain itu dalam seminar tersebut pihak penyelenggara juga  menghadirkan narasumber Menteri Koordinator Perekonomian RI Ir. Hatta Rajasa, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Mr. Yoshinori Katori dan Rektor Universitas Syiah Kuala Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal,  M.Eng.

Pada ATJEHPOSTcom, Minggu 11 November 2012  Walikota Sabang, Zulkifli H Adam,  menjelaskan jika seminar tersebut diharapkan bisa menjadi titik awal kebangkitan dunia bisnis di Sabang dan diharapkan mampu mendongrak ekonomi masyarakat serta ekonomi Aceh pada umumnya.
"Kita berharap acara tersebut dapat membuahkan hasil positif bagi kemajuan pelabuhan bebas Sabang hingga akan mendongkrak sektor ekonomi,” katanya.

Menurutnya pasca ditutupnya freeport Sabang tahun 1985, Sabang nyaris mati suri dan tertutup dari dunia luar. Nama Sabang kembali mencuat ketika pemerintah mencanangkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang dengan terbitnya Undang-undang No. 37 tahun 2000. 

Namun Sepuluh tahun lebih sejak dikeluarkan Undang-Undang tersebut baru pada tahun 2010 kemarin pemerintah kembali mengeluarkan regulasi berupa Peraturan Pemerintah (PP) No. 83 tahun 2010 tentang pelimpahan kewenangan pemerintah  kepada Dewan Kawasan Sabang. 

Sementara itu, Ketua Persada, Muliadi Ramli, mengatakan merasa terpanggil dan berinisiasi untuk ikut mendorong berbagai pihak  terutama Pemerintah Aceh, Pemerintah Pusat, Pemerintah Kota Sabang serta BPKS untuk mempercepat  realisasi  Kawasan Ekonomi Sabang sesuai tuntutan Undang-undang No. 37 tahun 2000.

"Kita berharap melalui seminar ekonomi Aceh-Jepang ini nantinya akan mewujudkan percepatan realisasi kawasan ekonomi Sabang dan Aceh," katanya.[] (ihn)

Sumber : http://atjehpost.com/readpeukan/2012/11/12/27422/17/7/Percepat-Realisasi-Kawasan-Ekonomi-Sabang-Persada-Gelar-Seminar-Aceh-Jepang




Wisata Gunung Berapi Bawah Laut Sabang

PENYELAM menikmati melintasi gelembung udara gunung berapi di bawah laut Pulau Weh, Kota Sabang, Provinsi Aceh. Gunung berapi bawah laut adalah salah satu objek wisata andalan yang diminati para wisatawan lokal maupun internasional.
Gelembung udara (bubbles) muncul dari gunung berapi di Sirui, Sabang, Provinsi Aceh. Gunung berapi bawah laut adalah salah satu objek wisata andalan yang diminati para wisatawan lokal maupun internasional.
Berikut beberapa foto yang berhasil direkam ATJEHPOSTcom di salah satu lokasi destinasi wisata nasional tersebut.(bna)
Sumber : http://atjehpost.com/readtravel/2012/11/12/27513/0/19/FOTO-Wisata-Gunung-Berapi-Bawah-Laut-Sabang

Senin, 20 Agustus 2012

Berpetualang dengan “Kereta” di Sabang


Selain memancing, snorkeling atau diving di Sabang ada asyiknya kalau kita juga mencoba mengeksplore lebih jauh tempat indah ini dengan kereta. Jangan membayangkan kendaraan besar  berbadan besi baja, yang dimaksud kereta di Sabang sebutan untuk sepeda bermotor. 

Untuk menjelajahi Sabang dengan kereta, kita dapat menyewa di Pelabuhan Balohan atau bisa juga di Pantai Gapang ataupun di Teupin Layeu, Iboih. Biaya sewa kereta sekitar Rp. 100.000 per hari. Kita akan diminta persyaratan administrasi dan helm untuk kenyamanan berkendara. Meskipun hampir tak pernah ada razia dan aksi kebut-kebutan, keamanan lebih baik tetap diutamakan, yang perlu diperhatikan masih banyaknya hewan liar seperti babi hutan atau kambing yang tiba-tiba menyebrang jalan. Memilih mengendarai sepeda motor matik dapat memberi kenyamanan menikmati jalanan mulus Sabang yang berkelok naik turun, tak perlu tukar gigi saat berkendara, tinggal gas!

Suaranya pun halus, motor ini dihargai masyarakat Sabang yang tidak begitu suka suara gaduh dari cerobong emisi kendaraan. Isilah kereta sewaan tersebut dengan bahan bakar yang cukup untuk ke berbagai tujuan dan kembali lagi ke tempat sewanya. Jangan sampai kehabisan bahan bakar karena di Pulau Weh hanya ada dua SPBU yang letaknya hanya di Kota Sabang. Namun demikian, di setiap kios yang ada di tepi jalan, bahan bakar eceran biasa dijual, harganya mulai Rp 5.000 hingga Rp 7.500 per liternya.
Kalau kehabisan bensin maka mintalah tolong pada penduduk setempat yang sedang lewat untuk mengantar kita membelinya di tempat terdekat. Masyarakat Sabang terkenal jujur dan penolong.

Ayo,ke Sabang Lagi!